Majelis Ulama Indonesia Menyampaikan Duka Cita atas Syahidnya Pemimpin Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh

8/1/20243 min baca

Dalam pernyataan resminya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan rasa duka mendalam atas gugurnya Dr. Ismail Haniyeh, yang dikenal sebagai pemimpin Biro Politik Hamas. Dr. Haniyeh dipandang bukan hanya sebagai tokoh politik, tetapi juga sebagai pahlawan bangsa Palestina yang gigih dalam membela hak dan martabat rakyatnya, serta sebagai pembela kemanusiaan yang universal. MUI merasa kehilangan atas kepergian Dr. Haniyeh dan menyatakan bahwa perjuangannya akan selalu dikenang dan menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.

Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, memberikan penghormatan khusus kepada Dr. Haniyeh, menyoroti dedikasi dan pengorbanan beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kehormatan Palestina. Menurut Sudarnoto, Haniyeh memiliki tempat istimewa dalam sejarah perjuangan bangsa Palestina dan di hati umat Muslim, karena keikhlasannya dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Dengan musibah ini, MUI mengajak seluruh umat Muslim untuk mendoakan Dr. Haniyeh.

MUI menyampaikan doanya melalui kalimat: "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahumagh firlahu warhamhu wa afihi wa’fu anhu," yang artinya "Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kita kembali. Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah dia." Penuh harap, MUI memohon agar almarhum Dr. Ismail Haniyeh ditempatkan di sisi Allah di surga-Nya, sebagai ganjaran atas segala perjuangan dan pengorbanan yang telah beliau lalui demi umat dan kemanusiaan.

Ungkapan duka ini juga mencerminkan solidaritas MUI dengan perjuangan bangsa Palestina dan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh umat Islam di seluruh dunia atas kehilangan seorang pemimpin besar. MUI berharap agar semangat dan nilai-nilai perjuangan yang ditinggalkan oleh Dr. Haniyeh terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam memperjuangkan keadilan dan kedamaian dunia.

Ismail Haniyeh lahir pada 29 Januari 1962 di Kamp Pengungsian Al-Shati di Gaza. Ia merupakan sosok yang menonjol dalam sejarah perjuangan Palestina, terutama melalui perannya sebagai pemimpin Biro Politik Hamas, kelompok yang berdedikasi dalam perjuangan melawan pendudukan Israel. Haniyeh memulai karir politiknya melalui terlibat aktif dalam gerakan Islam di Palestina, yang kemudian membawanya ke peran-peran penting dalam Hamas.

Sebelum naik ke puncak kepemimpinan Hamas, Haniyeh menjabat sebagai Perdana Menteri Palestina dari 2006 hingga 2007. Masa jabatannya ini penuh dengan tantangan politik dan konflik berkepanjangan, namun ia tetap teguh dalam mempertahankan visinya untuk kemerdekaan dan keadilan bagi rakyat Palestina. Kepemimpinannya ditandai dengan upayanya untuk memperkuat posisi Hamas di kancah politik lokal dan internasional, serta meningkatkan dukungan di antara rakyat Palestina melalui program-program sosial dan ekonomi.

Selama masa hidupnya, Ismail Haniyeh dikenal sebagai simbol perlawanan Palestina. Dengan pendirian yang kokoh dan tidak kenal kompromi terhadap pendudukan, ia dianggap sebagai seorang pejuang tak kenal lelah yang terus melawan ketidakadilan dan penindasan. Kontribusinya yang konsisten dan berkelanjutan dalam berbagai aspek perjuangan Palestina menjadikannya figur yang dihormati dan dihargai tidak hanya oleh rakyat Palestina, tetapi juga oleh komunitas internasional yang mendukung hak-hak Palestina.

Riwayat hidup Ismail Haniyeh mencerminkan dedikasi dan pengorbanan yang mendalam. Kehilangan sosok pemimpin seperti Haniyeh tidak hanya merupakan duka bagi Hamas, tetapi juga bagi mereka yang memperjuangkan hak atas kebebasan dan kedaulatan Palestina. Pemimpin ini meninggalkan warisan yang signifikan, baik dalam bentuk inspirasi maupun perjuangan konkret yang terus dijalankan oleh penerusnya di Hamas dan komunitas perlawanan Palestina yang lebih luas.

Reaksi Internasional atas Gugurnya Haniyeh

Gugurnya Ismail Haniyeh, pemimpin Biro Politik Hamas, telah memicu berbagai reaksi di tingkat internasional. Beberapa negara dan organisasi internasional menyatakan sikap dan pandangan mereka terkait peristiwa ini. Di satu sisi, sejumlah negara mengecam tindakan Israel yang mengakibatkan syahidnya Haniyeh, menganggap tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia.

Turki, misalnya, melalui pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negerinya, menyebut kematian Haniyeh sebagai "tragedi" dan mengutuk keras aksi yang dilakukan oleh Israel. Iran, yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat kelompok-kelompok perlawanan Palestina, juga menyampaikan pernyataan serupa, menekankan bahwa Haniyeh adalah martir yang gugur dalam perjuangan melawan penindasan. Beberapa negara lain di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara menunjukkan solidaritas mereka dengan memberikan penghormatan kepada Haniyeh dan mengutuk tindakan agresi tersebut.

Di luar kawasan tersebut, Rusia menyatakan keprihatinannya tentang meningkatnya ketegangan di Gaza dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh serta rakyat Palestina. Sementara itu, di dunia Barat, reaksi cenderung lebih beragam; beberapa negara Eropa menyerukan penyelidikan independen terhadap operasi militer yang mengakibatkan kematian Haniyeh.

Belasungkawa dari berbagai pemimpin dunia membanjiri media sosial dan saluran komunikasi resmi, menunjukkan dampak mendalam dari peristiwa ini terhadap hubungan internasional. Para pemimpin ini menyampaikan dukungan kepada keluarga Haniyeh dan rakyat Palestina, memperkuat narasi bahwa perjuangan mereka untuk keadilan dan kebebasan terus mendapat perhatian global.

Selain reaksi emosional, analisis lebih mendalam tentang dampak gugurnya Haniyeh terhadap dinamika politik di Timur Tengah mulai muncul. Media dan pakar politik berspekulasi mengenai bagaimana pergerakan Hamas akan menanggapi kehilangan ini dan apa implikasinya terhadap stabilitas kawasan. Peristiwa ini diperkirakan akan mempengaruhi strategi politik Hamas dan hubungan mereka dengan negara-negara lain di kawasan tersebut.